Matan Al Ajurrumiyyah
Kitab Matan Al Ajurrumiyyah yang biasa disebut jurmiyyah adalah salah satu kitab dasar dalam ilmu nahwu yang dikarang oleh Al Imam Ash Shanhajy
yang sangat masyhur di Indonesia ini.. kitab jurmiyyah berisi kumpulan
materi nahwu yang mencakup hampir keseluruhan inti ilmu nahwu. Kitab ini berisi 26 bab yang berisi materi seputar istilah penting ilmu nahwu seperti isim, fi’il dan huruf.
Macam-macam Kalam
Telah berkata pengarang kitab ini (As Syaikh Ash Shanhajy) rahimahullah :
Al
kalam (kalimat) adalah Lafadz yang tersusun yang berfaedah dengan
bahasa arab. Penyusun kalimat itu ada tiga: Isim, fi’il, dan huruf yang
memiliki arti.
(1) Isim itu dapat dikenali dengan keberadaan khafadh, tanwin, dan kemasukan alif dan lam. Huruf khafadh itu adalah :
مِنْ(dari), إِلَى(ke), عَنْ (dari), عَلَى(di atas),فِي (di), رُبَّ (jarang), بِ (dengan), كَ (seperti), لِ (untuk)
Isim dapat dikenali juga dengan huruf qasam (sumpah) yaitu waw, ba dan ta.
(2) Fiil itu dikenali dengan keberadaan:
قَدْ (sungguh/terkadang), سَ (akan) ، سَوْفَ(akan) ، تَاءِ اَلتَّأْنِيثِ اَلسَّاكِنَةِ(ta ta’nits yang mati)
(3) Huruf itu adalah sesuatu yang tidak memenuhi ciri-ciri isim dan fi’il
بَابُ مَخْفُوضَاتِ الْأَسْمَاءِ
اَلْمَخْفُوضَاتُ ثَلَاثَةُ أَنْوَاعٍ مَخْفُوضٌ بِالْحَرْفِ, وَمَخْفُوضٌ بِالْإِضَافَةِ, وَتَابِعٌ لِلْمَخْفُوضِ
فَأَمَّا
اَلْمَخْفُوضُ بِالْحَرْفِ فَهُوَ مَا يَخْتَصُّ بِمِنْ, وَإِلَى, وَعَنْ,
وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءِ, وَالْكَافِ, وَاللَّامِ,
وَبِحُرُوفِ اَلْقَسَمِ, وَهِيَ اَلْوَاوُ, وَالْبَاءُ, وَالتَّاءُ,
وَبِوَاوِ رُبَّ, وَبِمُذْ, وَمُنْذُ.
Bab Isim-isim yang Di-khafadh-kan (dijerkan)
Isim-isim yang dikhafadhkan itu ada tiga bagian :
- Ø Dikhafadhkan dengan huruf khafadh
- Ø Dikhafadhkan dengan idhafah
- Ø Dikhafadhkan karena mengikuti yang sebelumnya
Adapun yang dijarkan dengan huruf khafadh yaitu apa-apa yang dijarkan dengan huruf:
مِنْ(dari), إِلَى(ke), عَنْ (dari), عَلَى(di atas),فِي (di), رُبَّ (jarang), بِ (dengan), كَ (seperti), لِ (untuk)
dan dengan huruf Qasam (sumpah) yaitu:
اَلْوَاوُ, الْبَاءُ, التَّاءُِ (ketiganya bermakna sumpah: demi)
dan dengan: مُذْ, (sejak) وَمُنْذُ (sejak)
Adapun yang dijarkan dengan idhafah maka contohnya: غُلَامُ زَيْدٍ
(pembantu Zaid) dan yang dijarkan dengan idhafah itu ada dua, pertama
yang di-taqdir-kan dengan lam dan kedua yang di-taqdir-kan dengan min.
Maka yang di-taqdir-kan dengan lam (bagi, kepunyaan) contohnya: غُلَامُ زَيْدٍ (pembantu (milik) Zaid)
Dan yang di-taqdir-kan dengan min (dari) contohnya: ثَوْبُ خَزٍّ (Baju (dari) sutera), بَابُ سَاجٍ (pintu (dari) kayu jati), خَاتَمُ حَدِيدٍ (Cincin (dari) besi)
Bab Al I’rab
I’rab
itu adalah berubahnya akhir kata karena perbedaan amil-amil yang masuk
atasnya baik secara lafadz atau taqdir. Pembagian i’rab itu ada empat:
Ø Rafa’
Ø Nashab
Ø Khofadh atau Jar
Ø Jazm.
ü Setiap isim itu bisa dalam kondisi rafa’, nashab, khafad akan tetapi tidak mungkin dalam kondisi jazm
ü Setiap fi’il itu bisa dalam kondisi rafa’, nashab, jazm akan tetapi tidak mungkin dalam kondisi khafadh.
Bab Mengenal tanda-tanda I’rab
A. Rafa’ memiliki empat tanda:
- Ø Dhammah
- Ø Huruf Waw
- Ø Huruf Alif
- Ø Huruf Nun
v Dhammah menjadi tanda bagi rafa’ pada empat tempat :
- Ø Isim Mufrad,
- Ø Jama’ taktsir
- Ø Jama’ muannas salim, dan
- Ø Fiil mudhari’ yang tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatu
v Huruf Waw menjadi tanda bagi rafa’ pada dua tempat :
- Ø Jama’ mudzakkar salim, dan
- Ø Isim-isim yang lima yaitu
أَبُوكَ, وَأَخُوكَ, وَحَمُوكَ, وَفُوكَ, وَذُو مَالٍ
(Bapak mu, saudara laki-laki mu , ipar mu, mulut mu, pemilik harta )
ü v Huruf Alif menjadi tanda bagi rafa’ pada isim-isim tatsniyyah yang tertentu
ü v Huruf Nun menjadi tanda bagi rafa’ pada fi’il mudhari yang bersambung dengan:
- Ø ü dhamir tatsniyah,
- Ø ü dhamir jama’, dan
- Ø ü dhamir muannats mukhatabah.
B. Nashab memiliki lima tanda:
- Ø Fathah
- Ø Huruf alif
- Ø kasrah
- Ø Huruf Ya
- Ø Hadzfunnuun (membuang nun)
v Fathah menjadi tanda bagi nashab pada tiga tempat :
- Ø Pada Isim Mufrad
- Ø Jama’ taksir, dan
- Ø fi’il Mudhari apabila masuk atasnya amil yang menashobkan dan tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatu pun
v Huruf Alif menjadi tanda bagi nashab pada isim-isim yang lima contohnya :
رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ
(aku melihat bapakmu dan saudaramu) dan apa-apa yang menyerupai contoh ini.
v Kasrah menjadi tanda bagi nashab pada jama’ muannats salim
v Huruf Ya menjadi tanda bagi nashab pada tatsniyah dan jama’ (mudzakkar salim)
v Hadzfunnuun (membuang huruf nun), menjadi tanda bagi nashab pada fi’il-fi’il yang lima yang ketika rafa’nya dengan tetap nun.
C. Khafadh memiliki 3 tanda:
- Ø Kasrah
- Ø Huruf Ya
- Ø Fathah
v Kasrah menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat:
- Ø Isim Mufrad yang menerima tanwin
- Ø jama’ taksir yang menerima tanwin, dan
- Ø jama’ muannats salim
v Huruf ya menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat:
- Ø Pada isim-isim yang lima (al asmaul khamsah)
- Ø Isim Tatsniyah, dan
- Ø jama’
v Fathah menjadi tanda bagi khafadh pada isim-isim yang tidak menerima tanwin (isim ghairu munsharif)
D. Jazm memiliki 2 tanda:
- Ø Sukun
- Ø Al hadzfu (membuang)
v Sukun menjadi tanda bagi jazm pada fi’il yang shahih akhirnya
v Al
hadzfu menjadi tanda bagi jazm pada fi’il mudhari yang mu’tal akhirnya
dan pada fi’il-fi’il yang ketika rafa’nya dengan tetap nun.
Bab Fi’il-fi’il (Kata Kerja)
Fi’il itu ada tiga :
- Ø Fiil Madhi
- Ø Fiil Mudhari’
- Ø Fiil Amr
Contohnya ضَرَبَ(madhi), (mudhari’) , يَضْرِبُ (‘amr) اِضْرِبْ
(1) Fiil Madhi itu selalu di-fathah-kan
(2) Fiil amar selalu di-jazm-kan, dan
(3) Fiil mudhari’ itu fiil yang di awalnya terdapat salah satu dari huruf tambahan yang empat yang terkumpul dalam perkataan أَنَيْتُ(hamzah, nun, ya, dan ta). Fiil mudhari’ itu selalu di-rafa’-kan kecuali ada amil (huruf) nashab atau jazm yang masuk padanya.
Amil nashab (hal yang me-nashab-kan) itu ada sepuluh, yaitu:
أَنْ (bahwa), لَنْ (tak akan), إِذَنْ (jadi, kalau begitu), كَيْ (supaya), لَامُ كَيْ (lam dengan makna supaya), لَامُ اَلْجُحُودِ (lam pengingkaran), حَتَّى (sehingga), الْجَوَابُ بِالْفَاءِ, الْوَاوِ, أَوْ (kalimat jawab dengan fa, wa, dan aw).
Amil jazm (hal yang me-jazam-kan) itu ada delapan belas, yaitu :
لَمْ (tidak), لَمَّا (belum), أَلَمْ (tidakkah?), أَلَمَّا (belumkah?), لَامُ اَلْأَمْرِ وَالدُّعَاءِ (Lam untuk perintah dan permohonan) ”لَا” فِي اَلنَّهْيِ وَالدُّعَاءِ (La untuk larangan dan permohonan), إِنْ (jika) ،مَا (apa) مَنْ (siapa) ،مَهْمَا(apapun), إِذْمَا (kalau)، أَيٌّ (mana, sesuatu apa)، مَتَى(kapan), أَيْنَ (dimana) أَيَّانَ (kapan), أَنَّى(bagaimana), حَيْثُمَا (dimanapun),كَيْفَمَا (bagaimanapun), إِذًا فِي اَلشِّعْرِ خاصة. (dan “Jika demikian” pada syair tertentu)
Bab Isim-isim yang Dirafa’kan
Isim-isim yang di-rafa’-kan itu ada tujuh :
- Ø Isim Faa’il
- Ø Isim Maf’ul yang tidak disebut failnya (naaibul fa’il)
- Ø Mubtada
- Ø khabar mubtada
- Ø Isim Kaana dan saudara-saudaranya
- Ø khabar inna dan saudara-saudaranya
- Ø pengikut dari yang di-rafa’-kan, yaitu ada empat : Na’at, ‘athaf, taukid, dan badal
Bab Faa’il (Pelaku)
Faa’il (pelaku) termasuk isim yang di-rafa’-kan yang disebut setelah fi’il (perbuatan) nya. Dan faa’il itu ada dua jenis:
- 1. Faa’il isim dzhahir
- 2. Faa’il isim dhamir
1. Faa’il isim dzhahir itu contohnya seperti:
قَامَ
زَيْدٌ, وَيَقُومُ زَيْدٌ , وَقَامَ الزَّيْدُونَ, وَيَقُومُ
الزَّيْدُونَ, وَقَامَ اَلرِّجَالُ, , وَقَامَتْ اَلْهِنْدُ, وَقَامَ
الزيد,
(Zaid
telah berdiri, Zaid sedang berdiri, Dua orang (bernama) Zaid telah
berdiri, Dua orang (bernama) Zaid sedang berdiri, Orang-orang (bernama)
Zaid telah berdiri.
2. Faa’il isim dhamir itu ada 12, yaitu :
ضَرَبْتُ,
وَضَرَبْنَا, وَضَرَبْتَ, وَضَرَبْتِ, وَضَرَبْتُمَا, وَضَرَبْتُمْ,
وَضَرَبْتُنَّ, وَضَرَبَ, وَضَرَبَتْ, وَضَرَبَا, وَضَرَبُوا, وضربن
(aku telah memukul, kami telah memukul, kamu (lk) telah memukul, kamu (lk) telah memukul, , kalian berdua telah memukul, kalian (lk) telah memukul, kalian (pr) telah memukul, dia
(lk) telah memukul, dia (pr) telah memukul, mereka berdua telah
memukul, mereka (lk) telah memukul, mereka (pr) telah memukul).
Bab Maf’ul yang tidak disebut Faa’ilnya (Naaibul faa’il)
Naaibul faa’il adalah isim yang di-rafa’-kan yang tidak disebut bersamanya faa’ilnya.
Jika fi’il madhi maka huruf pertama nya di-dhammah-kan dan satu huruf sebelum huruf terakhir dikasrahkan. Contoh : ضُرِبَ
Jika fi’il mudhari’ maka huruf pertama nya di-dhammah-kan dan dan satu huruf sebelum huruf terakhir difathahkan . contoh : يُضْرَبُ
Naa’ibul faa’il itu ada dua:
Ø Naaibul faa’il isim dzhahir
Ø Naaibul faa’il isim dhamir.
1. Naaibul faa’il isim dzhahir itu contohnya :
ضُرِبَ زَيْدٌ” وَ”يُضْرَبُ زَيْدٌ” وَ”أُكْرِمَ عَمْرٌو” وَ”يُكْرَمُ عَمْرٌو
(Zaid telah dipukul, Zaid sedang dipukul, ‘Amr telah dimuliakan, ‘Amr sedang dimuliakan)
2. Naaibul faa’il isim dhamir contohnya:
ضُرِبْتُ
وَضُرِبْنَا, وَضُرِبْتَ, وَضُرِبْتِ, وَضُرِبْتُمَا, وَضُرِبْتُمْ,
وَضُرِبْتُنَّ, وَضُرِبَ, وَضُرِبَتْ, وَضُرِبَا, وَضُرِبُوا, وضُربن .
Bab Mubtada dan khabar
Mubtada
adalah isim yang di-rafa’-kan yang terbebas dari amil-amil lafadzh.
Khabar adalah isim yang di-rafa’-kan yang disandarkan kepada mubtada’.
Contohnya :
“زَيْدٌ قَائِمٌ” وَ”الزَّيْدَانِ قَائِمَانِ” وَ”الزَّيْدُونَ قَائِمُونَ “
(Zaid berdiri, Dua orang Zaid berdiri, Zaid-zaid (orang-orang yang bernama zaid) berdiri)
v Mubtada itu ada dua jenis:
Ø Mubtada isim dzahir
Ø Mubtada isim dhamir
Mubtada
isim dzahir itu sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya (seperti
contoh di atas) sedangkan Mubtada isim dhamir itu ada dua belas :
أَنَا وَنَحْنُ وَأَنْتَ وَأَنْتِ وَأَنْتُمَا وَأَنْتُمْ وَأَنْتُنَّ وَهوَ وهِيَ وَهُمَا وَهُمْ وَهُنَّ
(saya,
kami, kamu (lk), kamu (pr), kalian berdua, kalian (lk), kalian (pr),
dia (lk), dia (pr), mereka berdua, mereka (lk), mereka (pr))
contohnya :
)أَنَا قَائِمٌ) وَ(نَحْنُ قَائِمُوْنَ(
(saya berdiri, kami berdiri))
Dan contoh lain yang serupa
- Khabar itu ada dua jenis:
1. Khabar mufrad
2. Khabar ghair mufrad
Khabar mufrad itu contohnya زَيْدٌ قَائِمٌ (Zaid berdiri) sedangkan khabar ghair mufrad itu ada empat :
Ø Jar dan majrur
Ø dzharaf
Ø fi’il beserta faa’ilnya
Ø Mubtada beserta khabarnya.
Contohnya:
زَيْدٌ فِى الدَّارِ وَزَيْدٌ عِنْدَكَ وَزَيْدٌ قَامَ اَبُوْهُ وَزَيْدٌ جَارِيَتُهُ ذَاهِبَةٌ
(Zaid ada di dalam rumah, Zaid ada di sisi mu, Zaid itu berdiri bapaknya[1], Zaid itu budaknya pergi).
Bab Amil-amil yang masuk kepada mubtada dan khabar
Amil-amil yang masuk kepada mubtada dan khabar itu ada tiga macam:
Ø Kaana dan yang semisal Kaana ( كان وأخواتها)
Ø Innna dan yang semisal Inna( إن وأخواتها )
Ø Dzhanna (dzhanantu) dan yang semisal Dzhanna (ظن وأخواتها )
A. Kaana dan saudara-saudaranya itu me-rafa’-kan isim (mubtada) dan menashabkan khabar. ( ترفع الاسم وتنصب الخبر ) adalah :
كَانَ (ada,terjadi), أَمْسَى(memasuki waktu sore), أَصْبَحَ (memasuki waktu pagi), أَضْحَى(memasuki waktu dhuha), ظَلَّ (pada waktu siang), بَاتَ (pada waktu malam), صَارَ(menjadi), لَيْسَ (tidak), مَا زَالَ (senantiasa), مَا اِنْفَكَّ (senantiasa), مَا فَتِئَ (senantiasa), مَا بَرِحَ(senantiasa), مَا دَامَ (senantiasa)
Termasuk juga tashrif (perubahan kata) dari kata-kata di atas, seperti :
َكَانَ, وَيَكُونُ, وَكُنْ, وَأَصْبَحَ وَيُصْبِحُ وَأَصْبِحْ
(telah terjadi, sedang terjadi, jadilah! – Telah memasuki waktu pagi, sedang memasuki waktu shubuh, masukilah waktu shubuh!)
Contohnya :
“كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا, وَلَيْسَ عَمْرٌو شَاخِصًا” وغير ذالك.
(Zaid telah berdiri, ‘Amr tidak pergi) dan contoh lain yang serupa
B. Inna dan saudara-saudaranya itu me-nashab-kan mubtada dan me-rafa’-kan khabar.
( تنصب الاسم وترفع الخبر ) inna dan saudara-saudaranya adalah :
إِنَّ (sesungguhnya)، أَنَّ (sesungguhnya)، لَكِنَّ (akan tetapi)، كَأَنَّ (seakan-akan)، لَيْتَ (andai)، لَعَلَّ(agar)
contohnya :
إِنَّ زَيْدًا قَائِمٌ، وَلَيْتَ عَمْرًا شَاخِصٌ
(sesungguhnya Zaid berdiri, Andai ‘Amr pergi)
Makna إِنَّ dan أَنَّ adalah untuk taukid (penekanan), لَكِنَّ untuk istidraak (mempertentangkan), كَأَنَّ untuk tasybih (penyerupaan), لَيْتَ untuk tamanniy (pengandaian), لَعَلَّ untuk tarajiy (pengharapan kebaikan) dan tawaqqu’ (ketakutan dari nasib buruk).
C. Dzhanantu (dzhanna) dan saudara-saudaranya itu me-nashab-kan mubtada dan khabar karena keduanya itu (mubtada dan khabar) ( تنصب الاسم والخبر معا )
adalah maf’ul bagi dzhanna dan saudara-saudaranya. Dzhanantu dan saudara-saudaranya itu :
ظَنَنْتُ (saya telah menyangka)، وَحَسِبْتُ (saya telah mengira)، وَخِلْتُ (saya telah membayangkan)، وَزَعَمْتُ (saya telah menduga)، وَرَأَيْتُ (saya telah melihat)، وَعَلِمْتُ (saya telah mengetahui)، وَوَجَدْتُ (saya telah mendapatkan)، وَاتَّخَذْتُ (saya telah menjadikan)، وَجَعَلْتُ (saya telah menjadikan)، وَسَمِعْتُ (saya telah mendengar)؛
Contohnya:
ظَنَنْتُ زَيْدًا مُنْطَلِقًا، وَرَأَيْتُ عَمْرًا شاخصًا
(Aku telah menyangka Zaid pergi, Aku telah melihat ‘Amr pergi).
Bab Na’at (sifat)
Na’at (sifat) itu mengikuti yang disifati pada keadaan rafa’, nashab, khafad, ma’rifat, dan nakirah nya. Contohnya:
قَامَ زَيْدٌ اَلْعَاقِلُ, وَرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْعَاقِلَ, وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ اَلْعَاقِلِ.
(Zaid yang berakal telah berdiri, aku melihat zaid yang berakal, aku berjalan bersama zaid yang berakal)
Ma’rifat (kata khusus) itu ada lima:
1. Isim Dhamir (kata ganti), contohnya : أَنَا (saya) dan أَنْتَ (kamu)
2. Isim Alam (nama), contohnya: (Zaid)زَيْدٍ(mekkah) dan مَكَّةَ.
3. Isim Mubham (kata tunjuk), contohnya : (ini, mudzakkar) هَذَا, (ini, muanats) هَذِهِ,(ini, banyak) هَؤُلاءِ (laki-laki) اَلرَّجُلُ dan(anak muda/pembantu) الْغُلَامُ.
4. Isim yang terdapat alif lam (al), contohnya
5. isim
yang di-idhafahkan kepada salah satu dari keempat isim ma’rifat ini
(isim Dhami, isim alam. Isim mubham, dan isim yang terdapat alif lam)
Nakirah
(kata umum) adalah setiap isim yang tersebar (beraneka ragam) pada
jenisnya ,tidak tertentu pada sesuatupun. Ringkasnya, nakirah adalah setiap isim yang dapat menerima alif lam, contohnya: (laki-laki) اَلرَّجُلُ dan(anak muda/pembantu) الْغُلَامُ
Bab ‘Athaf
Huruf ‘athaf ada sepuluh, yaitu :
وَ (dan)، فَ (maka), ثُمَّ (kemudian), أَوْ (atau), أَمْ (ataukah), إِمَّا (adakalanya), بَلْ (bahkan) , لَا(tidak), لَكِنْ (akan tetapi), حَتَّى فِي بَعْضِ اَلْمَوَاضِعِ (Hatta (Sehingga) pada sebagian tempat)
Jika
kamu athaf-kan dalam keadaan rafa’ maka kamu rafa’a-kan, dalam keadan
nashab maka kamu nashab-kan, dalam keadaan khafad maka kamu khafadh-kan,
dalam keadaan jazm maka kamu jazm-kan. Contohnya :
“قَامَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو, وَرَأَيْتُ زَيْدًا وَعَمْرًا, وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَعَمْرٍو, وَزَيْدٌ لَمْ يَقُمْ وَلَمْ يَقْعُدْ
(Zaid
dan ‘Amr telah berdiri, Aku melihat Zaid dan ‘Amr, Aku berjalan bersama
Zaid dan ‘Amr, Zaid sedang tidak berdiri, tidak pula duduk).
Bab Taukid (menekankan atau menguatkan)
Taukid
itu mengikuti yang diperkuat dalam keadaan rafa’-nya, nashab-nya,
khafadh-nya, dan ma’rifat nya. Taukid itu telah tertentu
lafadzh-lafazhnya, yaitu :
اَلنَّفْسُ, وَالْعَيْنُ, وَكُلُّ, وَأَجْمَعُ
(diri, diri, setiap, seluruh)
Dan yang mengikuti ajma’u, yaitu:
أَكْتَعُ, وَأَبْتَعُ, وَأَبْصَعُ
(semuanya bermakna seluruh)
Contohnya :
قَامَ زَيْدٌ نَفْسُهُ, وَرَأَيْتُ اَلْقَوْمَ كُلَّهُمْ, وَمَرَرْتُ بِالْقَوْمِ أَجْمَعِينَ.
(Zaid benar-benar telah berdiri, Aku benar-benar melihat semua orang, Aku benar-benar berjalan dengan semua orang)
Bab Badal (pengganti)
Apabila
di-badal-kan (diganti) isim dengan isim atau fi’il dengan fi’il maka
badal (kata ganti) nya mengikuti kata yang diganti pada seluruh
i’rabnya. Badal itu ada empat :
1. بَدَلُ اَلشَّيْءِ مِنْ اَلشَّيْءِ
2. بَدَلُ اَلْبَعْضِ مِنْ اَلْكُلِّ
3. بَدَلُ اَلِاشْتِمَالِ
4. وَبَدَلُ اَلْغَلَطِ
Contohnya:
“قَامَ زَيْدٌ أَخُوكَ, وَأَكَلْتُ اَلرَّغِيفَ ثُلُثَهُ, وَنَفَعَنِي زَيْدٌ عِلْمُهُ, وَرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْفَرَسَ
(Zaid, saudaramu, telah berdiri – Aku makan roti sepertiganya – Ilmu Zaid bermanfaat untuk ku – Aku melihat Zaid, (maaf) maksudnya kuda)
Sebetulnya
yang ingin kau ucapkan adalah “Aku melihat kuda”, akan tetapi kamu
salah ucap dan kamu ganti dengan “Aku melihat Zaid”.
Bab Dzharaf Zaman (keterangan waktu) dan Dzaharaf Makan (keterangan tempat)
Dzharaf zaman itu adalah isim zaman yang dinashabkan dengan taqdir maknanya fi (pada, di). Contoh dzharaf zaman :
اَلْيَوْمِ, اللَّيْلَةِ, غَدْوَةً, بُكْرَةً, سَحَرًا, غَدًا, عَتَمَةً, صَبَاحًا, مَسَاءً, أَبَدًا, أَمَدًا, حِينًا
(di
pagi hari, di malam hari, di pagi hari, di pagi hari, di waktu sahur,
besok, di waktu malam[2] , di waktu shubuh, di sore hari,
selama-lamanya, besok-besok, suatu ketika )
Dzharaf makan adalah isim makan yang dinashabkan dengan taqdir maknanya fi (pada, di). Contohnya:
أَمَامَ, خَلْفَ, قُدَّامَ, وَرَاءَ, فَوْقَ, تَحْتَ, عِنْدَ, مَعَ, إِزَاءَ, حِذَاءَ, تِلْقَاءَ, ثَمَّ, هُنَا
(di
depan, di belakang, di depan, di belakang, di atas, di bawah, di sisi,
bersama, di depan, di depan, di depan, di sana , di sini).
Bab Haal (Keterangan Kondisi)
Haal termasuk isim yang dinashabkan yang menjelaskan tata cara atau keadaan yang sebelumnya samar.
Contohnya :
جَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا” وَ”رَكِبْتُ اَلْفَرَسَ مُسْرَجًا” وَ”لَقِيتُ عَبْدَ اَللَّهِ رَاكِبًا”
(Zaid telah datang dengan berkendaraan, aku menunggangi kuda yang berpelana, Aku menjumpai ‘Abdullah sedang berkendaraan)
Haal itu harus nakirah dan haal itu hanya terjadi setelah kalimat nya sempurna dan shahibul haal itu pasti ma’rifat.
Bab Tamyiz (Keterangan Zat)
Tamyiz termasuk isim yang dinashabkan yang menjelaskan zat yang sebelumnya samar. Contohnya :
“تَصَبَّبَ
زَيْدٌ عَرَقًا”, وَ”تَفَقَّأَ بَكْرٌ شَحْمًا” وَ”طَابَ مُحَمَّدٌ
نَفْسًا” وَ”اِشْتَرَيْتُ عِشْرِينَ غُلَامًا” وَ”مَلَكْتُ تِسْعِينَ
نَعْجَةً” وَ”زَيْدٌ أَكْرَمُ مِنْكَ أَبًا” وَ”أَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهًا”
(keringat
zaid mengalir, lemak Bakr berlapis-lapis, badan Muhammad wangi, aku
membeli 20 budak, aku memiliki 90 ekor kambing, Bapaknya Zaid lebih
mulia dari mu, dan wajah Zaid lebih tampan darimu)
Tamyiz itu harus nakirah dan tamyiz hanya terjadi setelah kalimat nya sempurna.
Bab Istitsna (pengecualian)
Huruf istitsna itu ada delapan, yaitu :
إِلَّا, غَيْرُ, سِوَى, سُوَى, سَوَاءٌ, خَلَا, عَدَا, حَاشَا
(semuanya bermakna kecuali / selain)
Maka mustatsna (kalimat yang di istitsnakan) dengan huruf illaa dinashabkan jika kalamnya taam mujab contohnya :
قَامَ اَلْقَوْمُ إِلَّا زَيْدًا” وَ”خَرَجَ اَلنَّاسُ إِلَّا عَمْرًا
(Semua orang selain Zaid telah berdiri, Semua orang selain ‘Amr telah keluar)
Jika kalamnya manfiy taam, maka boleh menjadikannya badal atau menashabkannya
karena istitsna contohnya :
مَا قَامَ اَلْقَوْمُ إِلَّا زَيْدٌ وَ مَا قَامَ اَلْقَوْمُ إِلَّا زَيْدًا
(keduanya bermakna sama, semua orang selain Zaid tidak berdiri)
Jika kalamnya naaqish (kurang), maka i’rabnya sesuai dengan amil-amilnya,. Contohnya:
“مَا قَامَ إِلَّا زَيْدٌ” وَ”مَا ضَرَبْتُ إِلَّا زَيْدًا” وَ”مَا مَرَرْتُ إِلَّا بِزَيْدٍ
(Tidak berdiri kecuali Zaid, Tidaklah aku pukul kecuali Zaid, tidak lah aku berjalan kecuali bersama zaid )
Mustatsna dengan kata khalaa, ‘adaa, dan haasyaa maka boleh kita menashabkannya atau menjarkannya. Contohnya :
قَامَ اَلْقَوْمُ خَلَا زَيْدًا وَ قَامَ اَلْقَوْمُ خَلَا زَيْدٍ . قَامَ اَلْقَوْمُ عَدَا عَمْرًا وَ قَامَ اَلْقَوْمُ عَدَا عَمْرٍو
قَامَ اَلْقَوْمُ حَاشَا بَكْرًا و قَامَ اَلْقَوْمُ حَاشَا َبَكْرٍ
(Semua orang berdiri kecuali Zaid, ‘Amr, dan Bakr).
Bab Laa (penafian)
Ketahuilah!
Bahwa apabila laa (laa Nafiah, Laa penafian) bertemu langsung dengan
isim nakirah maka laa menashabkan isim nakirah dengan tanpa tanwin dan
laa tidak berulang-ulang. Contohnya:
لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ (tidak ada seorang pria di dalam rumah)
Jika laa tidak bertemu langsung dengan nakirah maka laa wajib diulang-ulang.
Contohnya :
لَا فِي اَلدَّارِ رَجُلٌ وَلَا اِمْرَأَةٌ
(Tidak ada seorang pria di dalam rumah, tidak pula wanita)
Jika
laa berulang-ulang (juga bertemu langsung dengan nakirah), maka boleh
mengamalkannya (menjadikan laa sebagai amil yang menashabkan) atau
menyia-nyiakannya. Maka jika kamu suka, kamu katakan :
لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ وَلَا اِمْرَأَةَ
(Tidak ada seorang pria di dalam rumah, tidak pula wanita)
Dan jika kamu suka, kamu katakan:
لَا رَجُلٌ فِي اَلدَّارِ وَلَا اِمْرَأَةٌ”.
(Tidak ada seorang pria di dalam rumah, tidak pula wanita).
Bab Munada (Kata yang dipanggil)
Munada itu ada lima, yaitu :
1. المفرد اَلْعَلَمُ (nama-nama)
2. النَّكِرَةُ اَلْمَقْصُودَةُ (nakirah yang termaksud)
3. النَّكِرَةُ غَيْرُ اَلْمَقْصُودَةِ (nakirah yang tidak termaksud)
4. الْمُضَافُ (Mudhaf)
5. الشَّبِيهُ بِالْمُضَافِ (yang menyerupai mudhaf)
Adapun mufrad ‘alam dan nakirah maqsudah maka ia dimabnikan atas dhammah dengan tanpa tanwin contohnya:
يَا زَيْدُ وَيَا رَجُل
(wahai Zaid… , Wahai seorang pria…)
Dan tiga munada sisanya itu tidak lain dinashabkan.
Bab Maf’ul min Ajlih
Maf’ul min ajlih termasuk isim yang dinashabkan yang disebut untuk menjelaskan sebab-sebab terjadinya suatu perbuatan. Contohnya :
قَامَ زَيْدٌ إِجْلَالًا لِعَمْرٍو وَقَصَدْتُكَ اِبْتِغَاءَ مَعْرُوفِكَ.
(Zaid telah berdiri untuk memuliakan ‘Amr, Aku mendekatimu karena mengharapkan kebaikanmu)
Bab Maf’ul Ma’ah
Maf’ul
ma’ah termasuk isim yang dinashabkan yang disebut untuk menjelaskan
penyertaan seseorang atau sesuatu dalam suatu perbuatan. Contohnya :
جَاءَ اَلْأَمِيرُ وَالْجَيْشَ وَاِسْتَوَى اَلْمَاءُ وَالْخَشَبَةَ
(Seorang pemimpin telah datang bersama tentaranya, Air mengalir bersama kayu)